Kamis, 03 November 2011

ARTI DAN KISAH SEBUAH CINTA


                Di sebuah malam yang sangat sepi dan sunyi, dengan tak ada pacar bahkan teman dekat yang selalu ada di sampingku untuk bisa menemaniku melewati indahnya malam demi malam. Sungguh hari-hari yang sangat membosankan bagi aku dalam menjalani hidupku ini. Disaat teman-temanku sedang asyik-asyiknya berdua’an dengan pasangan mereka, aku hanya bisa berfikir dan berharap kalau suatu saat kelak nanti aku bisa sama seperti mereka, mempunyai pacar yang selalu ada untuk menemaniku melewati hari-hariku. Aku sadar, aku memang mempunyai banyak kekurangan, aku juga sadar kalau aku tidak sehebat dan seistimewa cowok-cowok lain yang bisa dan bahkan terlalu mudah untuk mendapatkan pasangan yang sesuai dengan mereka inginan. Terkadang aku iri kepada mereka, cowok-cowok yang mempunyai kelebihan dalam menaklukan cewek yang dia suka, bahkan tidak sedikit cowok yang mempunyai tidak cukup satu cewek dalam mereka sekali berpacaran. Mengapa semuanya ini tidak adil...?
                Lemuel namaku, seorang murid yang masih duduk di bangku SMA disalah satu sekolah ternama di kotaku.  Hari demi hari pun berlalu, aku sudah mulai lelah dengan keinginanku ini untuk mempunyai seorang pacar, bahkan tidak jarang aku berputus asa. Aku sering berfikir, apa lagi yangharus ku lakukan untuk bisa meraihnya? Mungkin aku memang di takdirkan dengan tanpa adanya pasangan hidup. Akhirnya aku pun mendapatkan sebuah motivasi dari seorang teman dekatku yang mengerti keinginanku ini. Sebagai mana hobi aku yaitu internetan, chattingan, smsan, dan semua media untuk obrolan aku lakukan. Dan hasilnya pun nol besar, aku tetap tidak bisa mendapatkannya. Tetapi aku tidak mau berputus asa lagi, aku terus dan terus mencoba supaya apa yang aku inginkan itu tercapai. Dan aku pun juga berjanji, apabila aku mendapatkan sebuah pasangan yang layak dan cocok dengan pribadi aku, aku akan serius dengan dia, aku tidak akan mempermainkan dia layaknya sebagian cowok yang hanya mempermainkan pasangannya.

                Suatu hari yang indah akhirnya ku temukan pada hari itu juga, pada saatitu aku sedang asyik-asyiknya chatingan dengan teman-teman baruku yang aku dapat dari obrola aku dengan mereka. Sebenarnya aku adalah salah satu cowok yang sulit berbicara banyak, karena aku bukan tipe cowok cerewet, aku juga orangnya bisa dikatakan cowok yang cuwek. Mungkin karena sifatku itulah yang menyebabkan banyak cewek yang berfikir dulu waktu aku dekatin. Tapi aku tidak peduli dengan itu semua, aku mendapatkan seorang teman cewek dan aku mulai mengajaknya berkenalan,
“Hai, boleh kenalan kah? Siapa nama kamu?” tanya aku, dengan penuh harapan yang besar.
“Ya boleh, namaku Viana.” Jawab dia
“Vianna tinggal dimana? Dan umurnya berapa?” tanyaku, sambil ku tersenyum senang.
“aku tinggal di surabaya, umurku 15 tahun.” Jawabnya kembali.
Setelah ngobrol-ngobrol  cukup lama melalui chatingan itu, akhirnya kita pun menjadi semakin akrab. Kita saling bercanda bersama dan kita saling membagi pengalaman-pengalaman dari yang menyedihkan hingga sampai pengalaman yang membuat perut kita geli karena terlalu kocaknya.
Karena waktu sudah menunjukkan untuk aku harus selesai chatingan, dan diapun juga sama harus pulang karena waktu juga sudah terlalu larut malam.
“Vianna, sudah malam.apa kamu tidak ingin pulang?” tanya ku sambil merasa takut kehilangan dia
“iya nih, sudah larut malam. aku harus segera pulang. Tapi bagaimana dengan komunikasi kita?” jawab dia sambil juga merasakan apa yang aku rasakan.
“Bagaimana kalau kita lanjutkan lewat sms aja? Kalau boleh ak minta nomer hp km.” Menyakan sambil meyakinkan dia.
                Akhirnya kita pun saling bertukar nomer hp, dan semenjak itulah kita semakin dekat dari hari demi hari, kita tidak pernah bosan-bosannya setiap hari untuk smsan bahkan telpon. Setelah lama kita berteman dan meskipun hanya melalui alat komunikasi saja kita berhubungan dan kita pun tidak pernah bertemu tapi itu semua tidak pernah sedikit pun membuat kita mengendorkan tali pertemanan kita. Justru hari demi hari kita menjadi semakin akrab. Karena terlalu akrabnya, kita pun memutuskan untuk bersepakat menjadi kakak beradik. Aku menjadi kakaknya dan dia pun menjadi adikku.
“Dik Vianna, aku sayang kamu.” Begitulah kata-kata yang selalu ak ucapkan kepada dia sebagai kakaknya.
“Iya kak, aku juga sayang kamu, kamu sudah aku anggap sebagai kakaku sendiri.” Begitulah jawabannya dia.
                Dia selalu bercerita tentang dia dan pacarnya. Dia sudah lama mempunyai pacar bahkan sebelum aku kenal dengan dia, dia sudah mempunyai pacar yang setia kepada dia. Tapi aku hanya bisa bercerita tentang seorang cewek yang aku  suka, sebut saja namanya Rani, dia adalah teman gereja aku. Tapi suatu saat, cewek yang aku suka itu justru mengecewakan aku, dengan hal yang begitu menyakitkan bagi diriku.
Tiba-tiba saja adik baru ku itu yang bernama Vianna, dia curhat ke aku dengan prasa’annya yang sedih, dan tak berdaya lagi.
“Kak, aku mau curhat nih kak tentang hubunganku dengan pacar aku, boleh gak kak?” tanya dia kepadaku dengan hati yang sedih.
“ada apa adikku? Tentu bolehlah, curhat aja ke aku apa yang jadi masalahmu?” jawab aku
“kak aku sudah tidak kuat kak dalam menjalanin hubunganku ini dengan cowok aku, dia terus-terusan mengecewakanku, aku sudah mencoba untuk bersabar dan mengalah demi hubunganku dengan dia tetapi apa yang aku dapatkan? Aku justru disia-sia kak sama dia.” Ucapnya dengan murung.
“memang ada apa dengan dia? Kalau kamu masih sayang sama dia, kalian juga masih saling menyayangi, alangkah baiknya kalian selesaikan maslah kalian itu baik-baik, cobalah untuk menyelesaikan masalah kalian dengan empat mata, tentunya dengan kepala dingin.”
“aku memang masih sayang kak sama dia, tetapi aku juga tidak bisa buat terus-terusan di kayak gini’in kak, sudah pernah aku coba untuk bicarakan ini bak-baik dengan cowok aku tetapi tetap saja dia tak mempedulikan itu,”
                Sekian lama dia menceritakan keluh kesahnya padaku, akhirnya di pun berhenti dan selesai pada hari itu, namun keesokam harinya aku pun terkejut. Ternyata dia sudah putus dengan kekasihnya. Aku berusaha untuk menghibur dia dan mencoba untuk menguatkan dia. Dan selang waktu berlalu diapun akhirnya bisa melupakan masa lalunya itu dan mengiklaskan semuanya yang telah terjadi.
                Waktu demi waktu pun berlalu, tak bosan-bosannya aku dan dia selalu berkomunikasi, tak hanya tiap hari, namun tiap menit pun kita selalu bersama-sama meskipun hanya melalui handphone. Sekarang masing-masing diantara kita sudah tidak ada lagi seseorang yang di idam-idamkan bahkan orang yang disayang. Aku pun mulai merasa ada sesuatu yang berbeda didalam perasa’anku ini. Aku sadar ternyata aku telah jatuh cinta kepadanya, adikku yang bernama Vianna itu. Aku pun berusaha untuk tetap mendekatinya tentunya dengan motivasi, agar aku bisa menjadi seorang pacarnya.
Suatu saat kita bicara serius,
“dik” aku memanggilnya.
“ya kak, ada apa?” tanya dia.
“aku mau bicara sesuatu  tentang kita dik.”
“iya kak bicara saja, aku ijinin kok.”
“dik setelah selama ini aku berhubungan dengan kamu, aku kini merasa ada yang beda didalam perasa’anku ini dik, aku sayang sama kamu dik, aku jatuh cinta dengan kamu. Maukah kamu menjadi pacarku? Dan menjadi temanku untuk menemaniku melewati hari-hariku ini?”
Tanpa aku sadari aku telah menyatakan cinta ku padanya, aku pun terkejut dan tidak menyangka kalau aku sudah mengatakannya kepada dia. Dia pun ternyata menjawab dengan jawaban yang sesuai dengan apa yang selama ini aku inginkan. Ternyata selama ini dia juga memendam perasa’an yang sama, dia juga cinta dan sayang dengan aku.
                Semenjak itulah kita menjadi seorang kekasih yang saling menyayangi dan saling mecintai satu sama lain. Hari demi hari kami lalui bersama dengan penuh cinta. Kami pun juga saling berkomitmen untuk saling setia dan percaya dengan pasangan kita. Karena kami tau, kesetia’an dan kepercayaanlah kunci dalam pacaran, apalaig dengan cara hubungan kita yang jarak jauh. Namun jarak tidak pernah mematahkan rasa cinta kita berdua, itu justru kami jadikan untuk suatu pembelajran untuk dapat menjadi orang yang lebih dewasa. Memang terkadang kita merasa iri dengan teman-teman kita yang dapat berpcaran dan bertemu dengan pasangannya sesuka hatinya, sedangakn kita harus banyak bersabar. Tapi kita tetap saling menguatkan satu sama lain. Kami percaya suatu saat nanti waktu akan mempertemukan kita berdua, layaknya seorang permaisuri dipertemukan dengan pangerannya. Suka duka akan kami lewati bersama, segala bentuk permasalahan akan kami selesaikan bersama-sama, karena itulah kesepakatan kita berdua. Kami yakin meskipun kami hanya bisa berpacaran melalui alat komunikasi saja, kami akan bertahan selama mungkin, jika perlu sampai kita kerja atau mungkin bisa sampai menikah. Semuanya itu tidak ada yang mustahil, asalkan kita berdua mau berusaha bersama-sama dan memegang kesepakatan dan komitmen-komitmen kita berdua.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar